Tujuan Menuntut Ilmu menurut Al-Qur'an dan Hadits

BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, lalu apa sebenarnya tujuan kita menuntut ilmu . Salah satu tujuan pendidikan islam adalah menjadikan seorang bertaqwa dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional pendidikan Negara kita, dimana tujuan pendidikannya adalah menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Lalu bagaimana islam memandang tujuan pendidikan ini? Disini kami kami akan membahas tentang tujuan pendidikan dan para ulama sebagai tonggak pendidikan.
Tujuan pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bertakwa kepada Allah dan menggauli manusia dengan akhlak yang mulia. Mengapa hal ini disebutkan oleh Rasulullah secara beriringan, jika kita mengkaji lebih mendalam tentang makna tersirat dari dua hal yang seiringan ini seyoigyanya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, kita tidak boleh mementingkan akhirat saja, kita harus bersosialisasi dengan lingkungan kita dengan baik. Hablumminannas harus lah kita jaga, sehingga hablumminaallah kita akan semakin baik. Dalam pendidikan tidak terlepas dari seorang guru atau ulama, yang mengarahkan kita untuk berjalan dikoridor yang benar sehingga tercapai insan yang bertakwa kepada Allah dimanapun berada, dan insan yang bergaul dengan akhlak mulia dengan sesama insan.
B.          Rumusan Masalah
1.      Apa Tujuan Pendidikan dalam al-Qur’an ?
2.      Apa Tujuan Pendidikan dalam Hadits Nabi SAW ?
3.      Apa saja Tujuan Pendidikan ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.                Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur’an
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang. Pertama pendidikan dari sudut pandangan masyarakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan kata lain agar suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari generasi ke generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman. Kedua pendidikan dari sudut pandang individu dimana pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap individu. Dalam diri setiap manusia memiliki berbagai bakat  dan kemampuan yang apabila dapat dipergunakan dengan baik, maka akan berubah menjadi intan dan permata yang keindahannya dapat dinikmati oleh banyak orang dengan kata lain bahwa setiap individu yang terdidik akan bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dari kedua sudut pandang pendidikan di atas kemudian datanglah Islam yang secara komprehensif(luas dan lengkap) memadukan kedua sisi bentuk pendidikan yang berlandasakan al-Qur'an dan as-Sunnah, dimana Islam mendidik individu menjadi manusia yang beriman, berakhlak yang mulia dan beradab yang kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat, teori ini didasarkan pada firman Allah:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (At-Taubah: 122)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tidaklah sepantasnya seluruh individu orang-orang yang beriman (muslim) berangkat ke medan perang untuk memerangi kaum Kuffar dengan menggunakan senjata, akan tetapi hendaknya terdapat salah seorang diantar setiap golongan mencari pendidikan yang layak agar kembali kepada masyarakatnya dan mendidik mereka agar senantiasa menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari jilatan api Neraka.
Dalam kitab tafsir al-Iklil diceritakan “asbabun nuzul” ayat ini yaitu bahwa: Ketika Rosulullah SAW meminpin perang maka tak ada satu pun orang mukmin yang tertinggal dalam pepeerangan kecuali orang yang Munafik dan orang yang memiliki udzur. Namun ketika Allah telah membocorkan orang orang munafik yang bakal mundur dari perang, maka semua orang mukmin berkata: “aku tidak akan mundur dari peperangan yang langsung dipimpin oleh Rosulullah, atau pasukan yang diutus Rosul untuk berperang”. Ketika Rosul datang pada perang Tabuk dan menugaskan pasukan untuk pergi berperang, maka semua orang mukmin berperang dan meninggalkan Rosulullah sendirian di Madinah. Maka turunlah ayat tersebut.[1]
Jadi tafsir ayat di atas yaitu bukan berarti semua orang mukmin pergi berperang dan meninggalkan Rosulullah sendirian di Madinah. Namun harus dibagi menjadi dua golongan, pertama harus pergi berperang dan kedua harus tinggal untuk menemani Rosulullah SAW. Ayat ini menunjukkan yang dimaksud dengan ILMU yaitu DAKWAH yaitu mengajak manusia kepada jalan yang benar dan menunjukkan agamanya Allah SWT. dan menunjukkan apa yang dilarang Allah SWT. jadi orang yang belajar atau mengajar karena tujuan diatas maka orang tersebut termasuk orang yang menapaki jalan yang benar. Sedangkan jika dengan niat sebaliknya, maka orang tersebut akan terbuka topengnya.
Sebagaimana pada dasarnya manusia yang dijadikan Allah SWT sebagai Kholifah di bumi. Allah telah memberikan pendidikan awal sebelum benar-benar dijadikan Kholifah. Hal ini juga didasarkan dari ayat 30-31 Surah al-Baqarah yang menjelaskan penolakan oleh Malaikat tentang penciptaan manusia sebagai Kholifah di bumi.
Demikian Tujuan Pendidikan menurut perspekstif al-Qur’an, selanjutnya Tujuan Pendidikan menurut Hadits Nabi SAW adalah sebagai berikut.
B.                 Tujuan Pendidikan menurut Hadits Nabi SAW
Tujuan pendidikan dalam pandangan islam khususnya Hadit Nabi SAW hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah ‘Azza wa Jalla., sebagaimana sabda Rasulullah SAW., sebagai berikut :
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّوَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ اِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عرضاً مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدِعَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَعْنِي : رِيْحَهَا،
 ( رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ ).
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda :“ Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya bertujuan untuk mencari ridho Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan kedudukan / kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya syurga kelak pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud) Sanad Hadist ini Shohih.[2]
Secara khusus Dr. Khosrow Bagheri menulis satu bab tentang The Aims of Education dalam bukunya Islamic Education. Pakar pendidikan dari Iran ini menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah nasehat (rushd), penyucian total (tatharl), kehidupan yang baik (hayat al-Taybah), petunjuk (hidayah), ibadah, taqwa, mendekat pada Allah (qurb), surga (ridwan), keadilan (qist), keselamatan (falah), tafakkur, kejayaan (Izzah), kebersamaan (ta’awun), kebersihan hati (tazkiya), kuat dan bersih (quwwah dan Nizafah).
Dari keseluruhan tujuan di atas Bagheri membaginya kepada dua kategori tujuan, yaitu tujuan sementara (intermediate aims) dan tujuan akhir (final aims). Pembagian kategori tersebut didasarkan pada dimensi manusia yang horizontal (mendatar) dan vertikal (tegak lurus). Tujuan sementara masuk pada dimensi horizontal, artinya bahwa tidak ada hubungan antar dimensi kecuali dimensi yang tertentu saja. Sedangkan tujuan akhir masuk dalam kategori vertikal, artinya bahwa adanya hubungan dimensi ini dengan kesemua dimensi manusia, atau dengan kata lain adanya hubungan dengan tujuan sementara. Dijelaskan secara singkat, bahwa tujuan sementara masing-masing memilki satu dimensi, sedangkan dalam tujuan akhir semua dimensi masuk dalam setiap kategori.
1.     Tujuan Sementara (Intermediate Aims)
Tujuan sementara itu adalah tafakkur, kebersihan hati (tazkiya), keadilan (qisth), kebersamaan (ta’awun), kejayaan (Izzah), kuat dan bersih (quwwah dan Nizafah). Bahwa setiap kategori tadi berhubungan dengan satu dimensi manusia. Tafakkur berhubungan dengan dimensi intelektul manusia, kesucian hati (tazkiya) berhubungan dengan dimensi moral, keadilan (qisth) berhubungan dengan dimensi ekonomi, kebersamaan (ta’awun) berhubungan dengan dimensi sosial, kejayaan (Izzah) berhubungan dengan dimensi politik, dan terkahir kuat dan bersih (quwwah dan Nizafah) berhubungan dengan aspek jasmani.
Dan Rasulullah SAW.,  juga bersabda, yang berbunyi :
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّـمَ : مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ. ( رواه الترمذي و قال : حد يث حسن.(
Artinya :
Dari Annas ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali (HR. Tirmidzi)., katanya hadist ini hasan.[3]
2.         Tujuan Akhir (Final Aims)
Menurut Dr Dr. Khosrow Bagheri nasehat (rushd), penyucian total (tatharl), kehidupan yang baik (hayat al-Taybah), petunjuk (hidayah), ibadah, taqwa, mendekat pada Allah (qurb), dan kerelaan (ridwan) adalah tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam. Kesemua kategori memiliki hubungan yang terkait dengan seluruh dimensi manusia, mulai dari itelektual, moral, sosial, politik, ekonomi, dan jasmani. Nasehat (rushd) disebutkan di dalam surah al-Baqarah 186:
Yang artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Albaqarah : 186)
Terakhir Dr. Bagheri memberikan sebuah kesimpulan atas keterhubungan antara tujuan sementara dengan tujuan akhir, bahwa keduanya dipertemukan pada sebuah titik pusat yaitu Ubudiyah, wujud penghambaan hamba pada Tuhannya. Bagheri menegaskan seluruh dimensi manusia harus dikembalikan utuk semata-mata mengabdikan diri pada Allah SWT, sama halnya sebagai sebuah tujuan akhir yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Dan Rasulullah SAW.,  juga bersabda, yang berbunyi :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ : قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ ) رُوَاهُ مُسْلِمٌ (
Yang artinya :
Dari abu hurairah, ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju kesyurga.” (HR. Muslim).[4]

C.                Macam-macam Tujuan Pendidikan
Bahasan kali ini akan menjelaskan beberapa tujuan pendidikan, baik itu tujuan umum, khusus, sementara, dan tujuan akhir. Prof. Abuddin Nata menjelaskan pengertian dari tujuan umum, khusus, dan akhir dalam bukunya filsafat pendidikan Islam, bahwa tujuan umum dikenal pula dengan tujuan akhir, kemudian tujuan khusus adalah penjabaran dari tujuan umum.
Masih menurut Prof Nata, bahwa yang dimaksud tujuan umum atau akhir itu beragam dari beberapa pendapat, sehingga secara garis besar tujuan umum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
1.      Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan
2.      Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyaahgunakan fungsi kehalifahannya.
3.      Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga terasaringan dilaksanakan.
4.      Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memilki ilmu, akhlak yang semua ia dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5.      Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akherat.
Sementara itu tujuan khusus pendidikan Islam bisa dilihat dari beberapa pendapat para ahli pendidikan di bawah ini; di antara mereka adalah al-Syaibani, Munir Mursi, dan Dr. Ahmad Tafsir. Konferensi Dunia Pertama tentang pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan dri secara mutlak kepada Allah SWT. Lebih rinci lagi al-Syaibani memberikan penjelasan mengenai tujuan pendidikan Islam, sebagai berikut;
1.     Tujuan yang berkaitan dengan individu, pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat.
2.     Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3.     Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai; ilmu, seni, profesi, dan Kegiatan masyarakat.
Selanjutnya dari analisis Ahmad Tafsir, tujuan-tujuan yang dijabarkan oleh kedua tokoh diatas masih kurang memuaskan. Karena selain kategori yang kurang jelas, juga terdapat rumusan yang tumpang tindih. Sehingga Ahmad Tafsir memilki pemahaman tersendiri mengenai tujuan dalam pendidikan Islam.
Pemahaman Ahmad Tafsir dalam mengkategorikan tujuan pendidikan Islam diilhami oleh konsep manusia sempurna, sehingga seharusnya pendidikan Islam di arahkan kepada membentuk muslim yang sempurna. Bagi nya muslim yang sempurna adalah muslim yang:
1.     Segi jasmani nya sempurna; sehat, kuat, dan berketerampilan.
2.     Segi kecerdasan dan kepandaian; mampu meyelesaikan masalah secara cepat dan tepat, secara ilmiah dan filosofis, mampu mengembangkan sains, dan mampu mengembangkan filsafat.
3.     Segi hati takwa; dengan suka rela melaksanakan perintah Allah SWT, dan hati yang mampu berhubungan dengan alam gaib.
Sehingga ia berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah mempersiapkan Muslim yang sempurna, yaitu melalui tiga ketegori tadi, jasmani, intelektual, dan hati takwa.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari sedikit pembahasan di atass, dalam ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Berdasarkan al-Qur’an Surat at-Taubah ayat 122, Tujuan Pendidikan adalah menjadikan manusia yang beriman, berakhlak yang mulia dan beradab yang kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat.
2.      Berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, tujuan Pendidikan adalah hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah ‘Azza wa Jalla
3.      Macam-macam Tujuan Pendidikan menurut para ahli pendidikan terbagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
B.     Saran
Kami menyadari banyaknya kekurangan dari makalah yang kami buat ini, maka dari itu kami sangat mengharapkan banyaknya saran dari bapak Dosen demi tercapainya sebuah makalah yang lebih baik.












DAFTAR PUSTAKA

Bagherei, Khosrow, Islamic Education, Tehran: al-Hoda Publishers, 2001.
Nata, Prof. Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Nawawi, Imam, Riyadlus Sholihin, -
Suhartini, Dr. Andewi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Tafsir, Dr. Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Zainul Musthofa, KH. Misbah, al-Iklil fi Ma’ani Tanzil, -






[1] KH. Misbah Zainul Musthofa, Al-Iklil fi ma’ani tanzil, juz 11 hal 1925
[2] Imam Nawawi, Riyadusholihin, Hal 438
[3] Imam Nawawi, Riyadusholihin, Hal 437
[4] Imam Nawawi, Riyadusholihin, Hal 436

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKNA DAN NAMA-NAMA AL-QUR'AN

Tafsir Ayat 29 dari Surat Al-Baqarah