Tafsir Ayat 29 dari Surat Al-Baqarah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Surat Al Baqarah
yang terdapat 286 ayat itu turun di Madinah dan sebagian besar diturunkan pada
permulaan tahun Hijriah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa'
(hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah
termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara
surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat
282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah
penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada BAni Israil (ayat 67
sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran
(puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam
surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini
dimulai dengan Alif-laam-miim.
Pokok-pokok isinya:
1. Keimanan: Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli
kitab dan para musyrikin.
2. Hukum-hukum: Perintah mengerjakan shalat; menunaikan zakat; hukum
puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram;
bernafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim,
larangan riba; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiyat
kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban
menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum meubah kitab-kitab
Allah; hukum haidh, 'iddah, thalak, khulu', ilaa' dan hukum susuan; hukum
melamar, mahar, larangan mengawini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang.
3. Kisah-kisah: Kisah penciptaan Nabi Adam a.s.; kisah Nabi Ibrahim
a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan bani Israil. Dan kisah penciptaan langit dan
bumi.
4. Dan lain-lain: Sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang
munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan
sesudah mati.[1]
Ayat al-Qur’an yang
kami bahas disini adalah ayat 29 dari Surat Al-Baqarah, yang disitu menjelasan
tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan langit dan bumi. Dari sedikit uraian
latar belakang diatas dapat ditasik sedikit rumusan masalah yaitu.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bunyi
ayat 29 dari Surat al-Baqarah ?
2.
Apa Arti ayat 29
Surat al-Baqarah dari ayat 29 Surat al-Baqarah ?
3.
Bagaimana
Subtansi kandungan ayat 29 Surat al-Baqarah ?
4.
Apa Kandungan
Hukum yang ada dalam ayat 29 Surat al-Baqarah ?
5.
Bagaimana
penafsiran dari ayat 29 Surat al-Baqarah ?
6.
Bagaimana
Munasabah ayat 29 Surat al-Baqarah dengan ayat lainnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bunyi ayat 29 Surah Al-Baqarah
هُوَ الَّذِيْ خَلقَ لَكُمْ مَّا فِي
الْأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَي الْسّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمواتٍقلي وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ (البقرة
29)
”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.”[2](al-Baqarah
29)
B.
Makna
Mufrodat
NO
|
MUFRODAT
|
ARTI
|
1.
|
خلق
|
Menciptakan
|
2.
|
الأرض
|
Bumi
|
3.
|
جميعا
|
Seluruh
|
4.
|
استوى
|
Mempersilahkan
|
5.
|
السماء
|
Langit
|
6.
|
سوّاهنّ
|
Ada-adakan
|
7.
|
سبع
|
Tujuh
|
8.
|
السموات
|
Langit-langit
|
C.
Subtansi
Kandungan Ayat
1.
Allah Maha
Pencipta yang menciptakan segala sesuatu yang ada dibumi dan langit sampai
tujuh lapis.
2.
Allah Maha Mengetahui
segala apa yang ada secara terperinci.
D.
Asbabun
Nuzul Ayat
Dalam Tafsir Jailani
yang diterjemahkan oleh KH. Misbah Zainul Musthofa dikatakan: Ayat ini
diturunkan karena orang kafir ingkar terhadap hari kebangkitan atau kehidupan
setelah mati, mereka ingkar dan tidak percaya bahwa Allah bisa kembali
menghidupkan orang sesudah mati. Maka diturunkanlah ayat ini sebagai
argumentasi untuk menentang keingkaran dan ketidak percayaan mereka.
Menciptakan langit dan bumi yang lebih besar saja Allah mampu apalagi
menghidupkan orang sesudah mati.[3]
E.
Kandungan
Hukum
Hukum yang dapat disimpulkan dari ayat
29 surat Al-Baqarah adalah:
1.
WAJIB
Berdasarkan
Asbabun Nuzul ayat ini, wajib bagi kita untuk mengimani tentang: 1. Adanya hari
pembalasan(hari kebangkitan), dimana kita akan kembali dihidupkan oleh Allah
Swt setelah kita meninggal. 2. Kita wajib beriman bahwa Allah Swt.lah yang
telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya.
2.
HARAM
Yaitu
Haram bagi kita terhadap dua hal: 1. Mengingkari adanya Hari Kebangkitan
setelah kematian. 2. Mengingkari bahwa Allah Swt adalah pencipta langit dan
bumi beserta isinya.
F.
Penafsiran
Ayat
Dengan melihat teks
ayat diatas kita dengan mudah dapat menafsirkan ayat diatas, namun kita tidak
semena-mena begitu saja menafsirkan suatu ayat al-Quran sebelum kita memenuhi
syarat untuk menjadi seorang Mufassir. Dalam kitab Jalalain yang
diterjemahkan oleh KH. Misbah Zainul Musthafa dikatakan : “Tuhan yang
menciptakan kalian adalah Tuhan yang menciptakan Bumi dan seisinya, penting
bagi kalian semua, agar kalian dapat mengambil manfaat untuk kepentingan dunia
dan akhirat. Dan setelah Allah menciptakan bumi kemudian Allah menata langit,
sampai dijadikan tujuh langit. Jangan dikira Allah tidak mengetahui tingkah
lakumu, Allah mengetahui segala bentuk penciptaan yang utuh beserta
perincian-perinciannya. Kenapa kamu masih saja tidak mengerti ? bahwa Allah bisa
membuat langit dan bumi dan seisinya yang lebih jauh lebih besar melebihi
kalian semua, jadi tentu saja Allah bisa atau mampu untuk menghidupkan kalian
setelah mati”.[4]
Dari penafsiran diatas
dapat digarisbawahi bahwa Allah Tuhan kita bersifat Maha Pencipta, Maha Kuasa,
Maha Besar dan Maha Tahu. Dikatakan demikian karena Allah-lah yang telah
menciptakan Bumi dan Langit beserta isinya. Dia Maha Kuasa karena berkuasa
terhadap segala apa yang telah diciptakanNya. Dia Maha Besar karena dilihat dari
besarnya alam yang telah Dia ciptakan. Dan Dia Maha Tahu karena Allah
mengetahui segala bentuk perilaku kita dan juga perincian-perincian segala
bentuk penciptaanNya. Sekecil apapun itu.
Jadi, dapat disimpulkan
penafsiran ayat tersebut adalah pertama, bahwa Allah Maha Pencipta
dengan penciptaannya yang berupa bumi beserta isinya dan juga langit hingga
penataannya yang mencapai tujuh langit. Kedua, Allah mengetahui segala
bentuk tingkah laku dan perbuatan sekecil apapun, karena Dia mengetahui segala
bentuk ciptaannya beserta perinciaannya.
Lafadh “Istawa”
ditafsirkan dengan lafadh “qosoda” (bermaksud), karena arti lafadh istawa
sendiri itu adalah mempersilahkan, dan lafadh ini dalam pikiran manusia
terkesan Muhal bagi Allah karena menyerupai makhluk.[5]
Dalam Lafadh “fasawwahunna”,
dhomir Hunna kembali kepada lafadh “samaa’” yang berbentuk mufrod.
Karena lafadh “samaa’” sama dengan lafadh yang berarti jamak, karena
pada akhirnya langit akan menjadi tujuh.
Ayat ini juga
menunjukkan bahwa langit itu ada 7, begitu pula ayat-ayat yang lain
banyak juga yang menyebutkan bahwa langit itu ada tujuh lapis. Sedangkan bumi, tentang
keterangan bumi ada tujuh lapis memang tidak ada keterangan yang jelas dalam
al-Qur’an, namun ada sebuah ayat yang seingat kami menjelaskan adanya 7
lapisan bumi. Namun kami tidak dapat menemukan berada dalam surat apa ayat
tersebut.
"أَللهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَ مِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ". (الآية)
Sedangkan dalam Hadits
ada keterangan bahwa bumi itu ada tujuh lapis. Diceritakan dari Said bin Zaid: “Saya
mendengar Rosulullah SAW bersabda:”Barang siapa yang mengurangi satu jengkal
saja tanah seseorang dengan dholim, maka orang tersebut akan dikalungi tanah
yang dikurangi tersebut sampai tujuh bumi.”(HR: Muslim).[6]
Dalam Hadits lain juga
disebutkan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi ra. dari Abu Hurairah ra. Berkata:
“Suatu hari Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat, tiba-tiba ada mendung
yang menaungi para sahabat, kemudian Nabi Muhammad bersabda: apakah kalian
tidak tahu, apa yang ada diatas kita ini? Para sahabat berkata: Allah dan
RosulNya yang lebih tahu. Rosulullah berkata: ini namanya ‘Anan (mendung), yang
digiring oleh Allah kepada orang-orang yang tidak mau bersyukur dan menyembah
Allah Swt. Aapa kalian tidak tahu apa yang ada diatas kalian semua? Para sahabat
menjawab: Allah dan rosulNya lebih tahu. Kemudian Nabi bersabda: itu adalah
langit dunia, seperti atap, yang dijaga oleh Allah agar tidak bisa jatuh, berapa
jarak kita dengan langit dunia itu? Para sahabat menjawab: Allah dan rosulNya
lebih tahu. Lantas Rosulullah bersabda: antara kalian dan langit ini terpaut
jarak lima ratus perjalanan kaki. Apa kalian tahu apa yang ada diatas langit dunia
itu? Para sahabat menjawab: Allah dan RosulNya yang lebih tahu. Rasulullah
bersabda: langit kedua, yang antara langit kedua itu terpaut jarak perjalanan
kaki lima ratus tahun, kemudian Nabi bertanya begitu seterusnya sampai
berjumlah tujuh langit. Antara langit satu dan dan satunya terpaut jarak
seperti jarak bumi dan langit pertama. Rasulullah kembali bersabda: apakah
kalian tahu, apa yang ada diatas langit ke tujuh itu? Para sahabat menjawab:
Allah dan RosulNya lebih tahu. Rosulullah bersabda: ketahuilah! Di atas langit
ke tujuh itu adda ‘Arsy. Jarak antara langit ke tujuh dan ‘Arsy terpaut seperti
jarak antara dua langit. Kemudian Rosululah bertanya lagi: apa kalian taahu apa
yang ada di bawah kalian? Para sahabat menjawab: Allah dan RosulNya lebih tahu.
Lantas Rosul bersabda: di bawah bumi massih ada bumi lain, anatar bumi satu dan
satunya terpaut jarak lima ratus tahun perjalanan kaki. Demikian Rosulullah
bersabda dan menerangkan kepada para sahabat sampai terhitung tujuh bumi.
Yang mana jarak antara bumi satu dengan satunya terpaut perjalanan kaki lima
ratus tahun.”[7](HR.
Tirmidzi)
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa selain langit yang banyak diterangkan memiliki tujuh lapis,
begitu pula bumi yang juga terdapat tujuh lapis sebagaimana diterangkan dalam
dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Muslim.
Disini kami dapat
sedikit memahami betapa besar kekuasaan Allah yang digambarkan dalam ayat 29
surat al-Baqarah ini, jelas dalam ayat ini bahwa Allah Maha Kuasa dengan segala
apa yang diciptakannya. Betapa tidak Maha Kuasa...? langit, bumi dan seisinya
yang merupakan ciptaannya terlihat begitu besar dimata kita. Maka sudah pasti
bahwa yang menciptakan adalah suatu Dzat yang Maha Kuasa.
G.
Munasabah
Ayat
Berdasarkan penafsiran
yang ada pada ayat 29 surat Al-Baqarah ini, yang menjelaskan tentang kekuasaan
Allah SWT. Ayat ini memiliki hubungan dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 28 dari
surat Al-Baqarah yang juga menjelaskan tentang kekuasaan Allah SWT, asbabun
nuzul ayat 29 ini juga berdasarkan apa yang terjadi dalam ayat sebelumnya yaitu
ayat 28 yang berbunyi:
"كيف
تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم ثمّ يميتكم ثمّ يحييكم ثمّ إليه ترجعون"
Kedua ayat ini
menjelaskan tentang kekuasaan Allah yang Maha Kuasa, yang mana mampu
menghidupkan orang-orang sesudah mati dan Allahlah yang menciptakan Langit dan
Bumi beserta isinya. Dari dua ayat ini dapat juga dikorelasikan dengan beberapa
Asmaul Husna bagi Allah yang berbunyi, a. al-Mumitu, b. al-Muhyi,
c. al-Kholiq, d. al’Alim.
Dikatakan al-Mumitu
(Maha Mematikan), karena dalam ayat 28 dikatakan bahwa Allahlah yang akan
mematikan seluruh umat manusia. Allah berkenan kapanpun waktu kita tiba untuk
menghadap kepadanya. Dalam ayat 29 juga tersirat satu Asmaul Husna yang
berbunyi al-Muhyi (Maha menghidupkan), dimana Allahlah yang akan menghidupkan
kita kelak di Hari Kebangkitan setelah Haari Akhir, yang mana kita akan
menerima segala bentuk imbalan dari apa yang kita perbuat selama di dunia ini.
Sedangkan yang ada pada
ayat 29 yaitu al-Kholiq (Maha Pencipta), dimana Allah-lah yang telah
menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi, dan juga tujuh lapisan langit yang
menjulang tinggi diatas bumi tanpa suatu tiang penyanggah satupun. Dan al-‘Alim
yang disindir dalam ayat 29 yang mengidentifikasikan bahwa Allah Maha
Mengetahui segala bentuk perbuatan manusia secara rinci, karena Allah Maha
Mengetahui setiap inci bentuk penciptaannya yang jelas lebih rumit diketahui
daripada segala bentuk perilaku manusia dan semua makhluk hidup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai muslim yang sudah pasti mengimani akan
keauntetikan al-Qur’an, maka dari ayat al-Qur’an surat al-Baqarah ini dapat
kita simpulkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang telah menciptakan Bumi
seisinya dan Langit yang berlapis tujuh. Dia juga Maha Mengetahui
segala apa yang telah kita perbuat dan segala apa yang ada di Bumi dan Langit
dengan segala perinciannya. Dengan demikian pelajaran yang dapat kita
ambil dari ayat ini adalah: Pertama, kita meningkatkan keimanan kita
kepata Allah Tuhan semesta alam. Kedua, selalu berdzikir/ingat kepada
Allah Swt. karena setiap gerak-gerik kita selalu dipantau olehNya.
B.
Saran
Kami sebagai pemakalah sangat menyadari kekurangan
dari makalah ini, maka dari itu diperlukan saran dari BapakDosen untuk demi
kebaikan kedepan dalam pembuatan makalah kami. Demikian atas segala sesuatunya
mohon dimaklumi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Digital
Dept. Agama RI, 1986, Al-qur’an dan Terjemah diterjemahkan oleh
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an. tanpa penerbit: Jakarta.
Musthofa,
KH.Misbah Zainul, tanpa tahun, Terjemah Tafsir Jalalain juz II.
(tanpa penerbit).
Komentar
Posting Komentar